Rabu, 05 Januari 2011

Ukuran Keberhasilan Seorang Pelayan Tuhan

Apa ukuran keberhasilan seorang pelayan Tuhan? Kalimat ini begitu menganggu pikiran saya sejak diadakan evaluasi untuk pelayanan hamba Tuhan. Ketika ditanya, "Apa yang sudah engkau lakukan selama pelayanan ini?"
Jujur bingung rasanya, karena selama ini saya malah tidak pernah memikirkannya. Selama ini saya hanya melakukan apa yang bisa saya lakukan tanpa memikirkan apalagi menghitung-hitung apa jasa-jasa atau buah-buah yang sudah saya capai.

Sambil terus merenungkannya, saya mulai berpikir untuk mencatat apa saja yang sudah saya capai selama ini. Mulailah saya membuat buku catatan yang mencatat hal-hal yang saya lakukan setiap hari untuk orang lain dalam pelayanan saya.

Namun seiring dengan itu, tiba-tiba muncul perasaan tidak nyaman dalam hati saya. Apakah yang saya lakukan ini, tidak menjebak saya dalam tindakan seperti yang dilakukan oleh Raja Daud dalam 2 Samuel 24?

Apakah tindakan ini tidak sama dengan apa yang dilakukan oleh Daud ketika ia mulai tergoda untuk menghitung jumlah pasukannya?

Apakah yang kulakukan ini bukan dosa? Lalu apa yang harus kulakukan? Memenuhi tuntutan instansi dimana kita melayani atau hati nurani???


Perasaan itu membuat aku bertanya-tanya? Apakah ukuran keberhasilan seorang pelayan Tuhan? Aku mencoba mencari jawabannya di internet. Tapi yang kutemukan adalah pertanyaan yang sama seperti yang kutanyakan dan berakhir dengan tanda tanya yang tidak ada jawaban.

Ngomong-ngomong soal masalah ini, tiba-tiba pikiranku tergelitik untuk memikirkan kembali saat-saat penerimaan seorang hamba Tuhan untuk melayani.
Saat itu akan ditanyakan:
Kemampuan apa yang kamu miliki?
Menurut kamu kelebihan kamu apa?

Sambil tersenyum kecil, saya berpikir, jikalau pertanyaan yang sama ditanyakan kepada Rasul Paulus, apa kira-kira jawabannya?
Apakah dia akan menjawab, semua pencapaiannya, semua kemampuannya sudah dianggap sampah sehingga itu semua bukan menjadi prasyarat untuk dia dinyatakan punya kemampuan melayani. Mungkinkah ia akan menjawab, "Yang kupunya hanyalah panggilan untuk melayani Dia."

Tapi mungkinkah kita menjawab hal yang sama ketika kita mengajukan diri menjadi hamba Tuhan di sebuah gereja, yayasan atau instansi?
Apakah jawaban itu akan memuaskan? wkwkwkwkwk.... rasanya tidak!


Hufff.....katakanlah kepadaku, apa ukuran keberhasilan pelayan Tuhan? Apakah jumlah jemaat yang banyak? Gereja yang semakin besar? Persembahan yang semakin banyak?

Itu berarti gereja yang notabene katanya tidak seazas, tetapi jumlah jemaatnya berlipat2 dalam waktu singkat, bukankah berarti mereka itu berhasil di mata Tuhan?????
Lalu bagaimana dengan misionaris2 yang melayani bertahun-tahun, bahkan sampai akhir hidupnya hanya 2 orang yang percaya dengan pemberitaan injil yang dilakukan??? Apakah mereka dikatakan gagal???