Nehemia 1:1-11
Dalam Kejadian 12, Allah memanggil Abraham meninggalkan kotanya dan mengikutiNya ke tempat lain. Ketika Abraham taat, maka Tuhan membuat keturunannya menjadi berlipat-lipat. Bertahun-tahun kemudian bangsa
Akhirnya mereka diijinkan masuk ke tanah perjanjian, yakni Kanaan. Ratusan tahun telah berlalu dan selama itu juga bangsa
Tetapi kemunduran mulai terjadi saat anaknya Salomo mati,
Walaupun Kerajaan Selatan telah melihat nasib Kerajaan Utara, mereka juga terus saja memberontak kepada Allah. Pada tahun 586 BC, Nebukadnezar dan pasukan Babilonia menawan orang-orang Yahudi, Yerusalem dihancurkan, temboknya diruntuhkan, dan bait Allah dibakar. Penduduknya dibuang dan menjadi budak lagi. Sejarah mereka terus berulang.
Tentu ini merupakan hal yang sangat tragis bagi orang Yahudi menyaksikan kematian dan kehancuran dan mereka juga dipaksa meninggalkan
Allah tidak melupakan umatNya. Dia mengijinkan bangsa
Dengan ketetapan raja Koresy, maka 50.000 orang
Akhirnya Nehemia menceritakan kisah ini dalam pemerintahan raja Artahsasta yang keduapuluh.
Doa adalah tema yang mewarnai kitab Nehemia dan merupakan rahasia keberhasilan Nehemia. Doa yang dicatat dalam Nehemia 1 ini merupakan doa yang pertama dari 12 doa yang dicatat dalam kitab ini. Kitab ini dibuka dengan doa Nehemia di Persia dan ditutup dengan doa Nehemia di Yerusalem. Doa memberikan kepada Nehemia cara pandang yang baru, memperluas wawasannya, mempertajam visinya dan memperkecil kekhawatirannya.
Dia tahu bahwa perjalanan yang dimulai dengan doa dan dijalani dengan doa adalah kehidupan yang diberkati.
Mari kita melihat proses doa yang dialami Nehemia:
- Kepedulian
Nehemia peduli akan masalah yang dihadapi. Kita tahu dari ayat 11 bahwa Nehemia adalah seorang juruminum raja. Pekerjaannya adalah mencicipi anggur sebelum diberikan kepada Raja untuk memastikan bahwa anggur itu bebas dari racun.
Sebagai seorang juruminum, Nehemia memiliki pekerjaan yang baik. Ia memiliki akses dengan raja dan hidup di istana. Pekerjaannya enak dan dapat memenuhi semua kebutuhannya. Tetapi, ketika seorang saudaranya kembali dari perjalanan menuju Yerusalem, dalam ayat 2 dikatakan bahwa Nehemia menanyakan kepada mereka tentang keadaan orang Israel yang terluput, yang terhindar dari penawanan, dan juga tentang Yerusalem. Kata “menanyakan” di sini berarti “meminta keterangan atau menuntut” sebuah jawaban.
Nehemia sangat peduli pada apa yang terjadi di Yerusalem. Dia dapat bersikap tidak mau tahu/tidak peduli jikalau dia mau. Tapi dia mencari mereka dan ingin mendengar laporan dari mereka secara langsung.
Ini merupakan langkah awal yang sangat penting. Sangat mudah bagi kita untuk tidak mau terlibat dan tidak peduli. Banyak di antara kita bahkan tidak mau memikirkan tentang hal-hal yang sedang terjadi dalam hidup kita, apalagi untuk menyisihkan waktu mempedulikan apa yang sedang terjadi dalam hidup oranglain. Walaupun Nehemia tidak pernah berada di Yerusalem, dia telah mendengar kabar tentangnya, dan tahu bahwa nenek moyangnya telah ditawan ketika Babilon menghancurkannya.
Dia melakukan apa yang diperintahkan dalam Yeremia 51:50 kepada orang-orang
Karena ia memikirkan Yerusalem, maka ia mendengarkan laporan yang disebutkan dalam ayat 3 bahwa “orang-orang yang selamat ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar.” Ketika dia membayangkan betapa malunya keadaan
Nehemia merasa hancur dengan sikap orang-orang Israel di Yerusalem yang puas diri. Mereka hidup dalam kehancuran dan mereka menerimanya begitu saja. Mereka lebih rela berjalan di antara puing-puing kehancuran daripada bersikap lebih peduli untuk melakukan sesuatu di tengah kondisi yang demikian.
Saudara, tidak akan ada yang berubah dalam hidup kita, dalam hidup gereja kita, atau dalam negara kita sampai kita menjadi cukup peduli dengan masalah yang ada. Banyak di antara kita yang merasa puas diri dengan cara hidup kita selama ini. Walaupun kita sedang hidup dengan reruntuhan tapi kita tidak merasa terganggu sama sekali.
Apakah kita ingin Allah melakukan kebangunan kembali? Jika iya, kita perlu menjadi lebih peduli dengan masalah yang kita hadapi dengan mendengarkan kenyataan yang ada bahkan walaupun kadang-kadang kita tidak mau mendengarnya.
Ketika Nehemia mendengar kabar ini, dalam ayat 4 dikatakan dia terduduk di tanah dan menangis. Yang berarti bahwa ia meratapi dan berdukacita,” seperti Yesus ketika Ia menangis dengan penuh kepedihan saat Ia menemukan kebebalan hati orang Yerusalem (Lukas 19:41). Nehemia juga berpuasa. Nehemia menahan diri dari makanan selama beberapa hari. Dari beberapa sumber yang berbeda dikatakan bahwa ia menangis, berpuasa dan berdoa selama 4 bulan! Ini merupakan tanda kerendahan hati dan memperlihatkan kepeduliaannya yang sangat besar terhadap masalah ini.
Apakah kita memerlukan kebangunan hari ini? Sebelum kita meminta Tuhan melakukan kebangunan, pertama-tama kita harus memiliki kepeduliaan.
- Keyakinan
Nehemia memiliki keyakinan akan karakter Allah. Setelah Nehemia memiliki kepedulian, selanjutnya ia mengekpresikan keyakinannya pada karakter Allah dalam ayat 5: “Ya Tuhan, Allah semesta langit, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang berpegang pada perjanjian dan kasih setiaNya terhadap orang yang kasih kepadaNya dan tetap mengikuti perintah-perintahNya.”
Nehemia memanggil Allah dengan sebutan “Tuhan.” Dia mengenal Tuhan sebagai tuannya dalam ayat 6, dia menunjuk dirinya sebagai hamba Allah. Kemudian dia menunjuk Tuhan sebagai “Allah semesta langit.” Dia mengakui bahwa Allahnya melampaui semua ilah lainnya. Selanjutnya ia mengakui Allah “Maha Besar dan Dahsyat”. Allah layak dihormati, ditinggikan dan ditakuti oleh semua karena keberadaanNya. Terakhir, Nehemia menggambarkan Allah sebagai pribadi yang “memegang perjanjian kasihNya” Allah itu jujur, setia dan dapat dipercayai.
Raja yang dilayani adalah yang terbesar dan terkuat di dunia, tetapi dibandingkan dengan Allah, Artahsasta itu tidak ada artinya. Nehemia berada di puri Susan dan pikirannya jauh di Yerusalem, tetapi kedua
Tetapi karena keyakinan Nehemia akan karakter Allah, Nehemia tahu bahwa Allah bukan hanya sanggup, tetapi juga bersedia meresponi doanya. Dia juga tahu bahwa dia tidak layak diperlakukan dengan baik oleh Allah. Itulah sebabnya mengapa di frase selanjutnya dari doanya berisi pengakuan dosa.
Seperti Ayub, pertemuannya dengan Allah yang besar membawanya pada sikap pertobatan dan pengakuan dosa. Ayub menulis dalam 42:5-6: “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.”
- Pengakuan dosa.
Setelah memiliki kepedulian pada masalah yang dialami bangsanya, dan mengungkapkan keyakinannya akan karakter Allah, Nehemia sekarang mengakui dosanya dan dosa dari bangsanya dalam ayat 6-7: “Berilah telingaMu dan bukalah mataMu dan dengarkanlah doa hambaMu yang sekarang kupanjatkan ke hadiratMu siang dan malam bagi orang Israel, hamba-hambaMu itu, dengan mengaku segala dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadapMu. Juga kau dan kaum keluargaku telah berbuat dosa. Kami telah sangat bersalah terhadapMu dan tidak mengikuti perintah-perintah, ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan yang telah Kauperintahkan
kepada Musa, hambaMu itu.”
Adalah satu hal untuk peduli dan bahkan memiliki keyakinan akan siapa Allah. Tetapi adalah hal lain untuk benar-benar mengakui dosa. Banyak diantara kita yang sering tidak melakukannya. Kita mungkin merasa bersalah karena dosa kita. Pemahaman teologi kita bahkan mungkin benar. Kita tahu hal-hal yang buruk dan bahwa Tuhan itu baik tetapi kita menunda untuk melakukan langkah ini.
Nehemia dengan berani meminta Allah mendengar doanya, yang secara literal berarti, “mendengarkan dengan penuh perhatian.”
- Kesungguhan.
Menyadari akan keberdosaan dirinya dan kekaguman akan karakter Allah, maka Nehemia berdoa siang dan malam, menghabiskan setiap waktu di hadirat Allah.
- Kejujuran
Nehemia tidak mencoba untuk membela bangsa
Tentu lebih mudah bagi Nehemia untuk melihat ke belakang dan menyalahkan nenek moyangnya tetapi sebaliknya ia melihat ke dalam dirinya dan menyalahkan dirinya sendiri. Bukankah kita juga lebih mudah menyalahkan oranglain? Ketika gereja mengalami krisis kita…..
Kita harus belajar dari Nehemia dan mengaku dengan jujur, “Tuhan, saya sudah bersalah. Saya bukan hanya mengambil bagian dalam penyelesaian, saya mengaku saya juga bagian dari masalah yang ada.”
- Urgensi.
Nehemia mengakui bahwa dosa mereka bukan hanya kebebalan mereka menolak taat pada peraturan tertentu, tetapi juga secara terang-terangan menentang dan memberontak melawan Allah yang kudus. Dia tahu bahwa mereka ‘telah bertindak jahat’. Dia tidak mencoba mempermanis dosanya. Dia mengakuinya sebagaimana adanya.
Menyembunyikan dosa kita dari hadapan Tuhan adalah hal yang mustahil. Allah tahu segala sesuatu tentang mereka. Kita harus mengakui semua dosa kita, hal-hal yang kita lakukan terang-terangan maupun diam-diam ahrus kita akui semuanya. Apakah kita mencoba menyembunyikan sesuatu? Adalah lebih baik untuk mengakuinya sekarang daripada menunggu dosa kita menuduh kita!
- Kepercayaan akan Janji-Janji Allah
Ketika Nehemia menghabiskan waktu mengakui dosanya, dia tidak tenggelam dalam penyesalan dan kegagalannya. Dia tahu dia bersalah tetapi dia juga dengan cepat mengakui kepercayaannya akan janji Allah dalam ayat 8-10: “ Ingatlah akan firman yang Kaupesan kepada Musa, hanmbaMu itu, yakni: Bila kamu berubah setia, kamu akan kucerai-beraikan diantara bangsa-bangsa. Tetapi, bila kamu berbalik kepadaKu dan tetap mengikuti perintah-perintahKu serta melakukannya, maka sekalipun orang-orang buanganmu ada di ujung langit, akan Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat namaKu diam di sana. Bukankah mereka ini hamba-hambaMu dan umatMu yang telah Kaubebaskan dengan kekuatanMu yang besar dan dengan tanganMu yang kuat?”
Dalam bagian ini, Nehemia mengingat kembali perkataan Musa tentang bahaya dari kemurtadan bangsa
Apa janji yang Nehemia temukan? Pertama, jika
Seseorang telah melakukan penyelidikan bahwa ada lebih dari 7.000 janji di dalam Alkitab. Semakin kita tahu akan Firman Tuhan, maka kita dapat berdoa dengan lebih yakin akan janji-janji Allah. I Yohanes 5:14 mengatakan: “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya.”
Apakah kita percaya akan janji Allah sebagaimana Nehemia? Jika Allah mengatakannya dalam firmanNya, kita dapat mempercayai dan meyakininya. Nehemia tahu bahwa Tuhan memegang perjanjian kasihNya kepada umatNya. Dia juga tahu, bahwa walaupun Tuhan tidak memerlukan bantuannya untuk menggenapi janjiNya, tetapi dia sudah memutuskan untuk mengambil bagian di dalamnya.
- Komitmen untuk mengambil bagian.
Apakah kita bisa melihat perkembangan dari doa Nehemia? Kepeduliannya pada masalah bangsanya membuat hatinya hancur. Ketika ia menangis dan berpuasa, ia mengungkapkan keyakinannya akan karakter Allah. Sementara ia memfokuskan diri pada kebesaran dan keagungan Allah, dia segera diingatkan akan kejahatannya dan karena itu ia menangis dan mengaku dosanya. Setelah menyadari peranannya dalam kebobrokan bangsanya, dia berdoa dengan berani dan percaya akan janji Allah. Hal ini kemudian membawanya pada komitmen untuk ikut mengambil bagian.
Kita lihat dalam ayat 11: “Ya Tuhan, berilah telinga kepada doa hambaMu ini dan kepada doa hamba-hambaMu yang rela takut akan namaMu, dan biarlah hambaMu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini. Ketika itu aku ini juru minuman raja.”
Telah kita ketahui bersama bahwa doa bukanlah membuat kehendak manusia terjadi di surga tetapi membiarkan kehendak Allah terjadi di bumi. Bagaimanapun juga, agar kehendak Allah terjadi di bumi, Allah membutuhkan orang-orang yang rela dipakaiNya.
Sementara Nehemia sedang berdoa, bebannya untuk Yerusalem menjadi semakin besar dan visinya akan apa yang perlu dilakukan semakin jelas. Dia tidak berdoa agar Tuhan mengirim oranglain tetapi secara sederhana ia berkata, “ Ini aku, utuslah aku!”
Ilustrasi:
Sebelum kegiatan salah satu pemberitaan-pemberitaan injilnya, Moody menghadiri suatu perkumpulan doa untuk minta berkat Tuhan. Banyak orang kaya hadir di situ. Seorang mulai berdoa supaya Allah memberikan cukup dana guna membiayai pemberitaan injil itu. Moody segera menghentikannya dan berkata, “Kita tidak perlu menyusahkan Allah tentang hal itu, katanya tenang. “Kita dapat menjawab doa itu!”
Kita tidak dapat sungguh-sungguh berdoa, “Datanglah KerajaanMu,” kecuali kita melakukan apa yang dapat kita lakukan untuk mempercepat kedatangan kerajaan itu.
Nehemia bukan hanya sekedar berdoa agar kerajaan Allah dinyatakan tapi dia juga bersedia dipakai untuk mewujudkan datangnya kerajaan Allah. Dia tahu bahwa dia dapat mendekati raja dan meminta cuti selama 3 tahun maka ia meminta agar Tuhan membuat usahanya berhasil. Atau dengan kata lain agar Tuhan membuka jalan. Nehemia meyakini janji yang terdapat dalam Amsal 21:1: “Hati raja seperti batang air di dalam tangan Tuhan, dialirkanNya ke mana Ia ingini.”
Seseorang mengatakan bahwa kunci dari kitab Nehemia adalah kata “karena itu” yang muncul sebanyak 32 kali. Sekali dan sekali lagi, Nehemia melihat situasi yang ada, dan karena itu ia digerakkan dari rasa peduli kepada tindakan mewujudkannya. Ukuran yang tepat untuk menunjukkan kepedulian kita adalah apakah kita bersedia membuat komitmen untuk ikut mengambil bagian. Martin Luther mengatakan, “Berdoalah seolah-olah segala sesuatu bergantung pada Tuhan, kemudian bekerjalah seolah-olah segala sesuatu bergantung padamu.”
Apakah kita peduli pada masalah yang terjadi dengan gereja kita?
Apakah kita meyakini karakter/sifat Allah yang kudus?
Apakah kita bersedia mengakui dosa kita?
Apakah kita mempercayai janji Allah?
Apakah kita bersedia mengambil komitmen untuk terlibat/ikut mengambil bagian dalam pekerjaan kerajaan Allah?
Kita dapat melakukannya dengan berkomitmen ikut dalam kebaktian doa di gereja kita.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar