Pendahuluan
- mencari orang hilang
Bagaimana cara kita membangkitkan kembali hasrat untuk menjadi orang Kristen yang berpengaruh luas?
Bagaimana cara kita membangkitkan kembali kesukaan dalam mengikut Yesus Kristus dan menceritakan tentang kasihNya kepada sesama?
Apa yang dapat mengobarkan kembali hasrat kita untuk memberitakan kasih Allah kepada oranglain?
Bagaimana cara kita memulihkan kepedulian hati kita bagi mereka yang terhilang?
Kita bisa memiliki kehidupan yang bersaksi apabila:
5 hal yang mendorong terbentuknya worldview Paulus dan komitmen untuk bersaksi:
- Motivasi Paulus berasal dari kerinduannya mengenal Yesus Kristus.
Dalam Fil 3:7-14, Paulus mengungkapkan kerinduannya yang terbesar adalah mengenal Yesus Kristus.
Dari kerinduan itu mengalirlah kasih kita bagi mereka yang terhilang. Tatkala kita dipenuhi dengan kasih Kristus dan mengerti tentang kasihNya bagi kita, kita akan membagikan dan menghampiri kehidupan orang-orang di sekitar kita dengan kasih itu.
Hati yang peduli terhadap orang-orang yang terhilang mengalir dari dalam diri kita tatkala kita membangun kerinduan yang kuat untuk mengenal Yesus Kristus.
Demikian jugalah yang terjadi dalam kehidupan Paulus. Hubungannya yang dekat dengan Yesus menimbulkan suatu hasrat untuk bercerita tentang Yesus kepada oranglain.
Layaknya anak muda yang romantis, ia pun berbicara tentang hubungan penuh kasih yang dijalaninya bersama Yesus.
Motivasinya tumbuh dari rasa syukurnya atas kasih Allah yang menakjubkan melalui Yesus Kristus. Bagi Paulus, yang dibesarkan dengan pengetahuan bahwa ia harus menyenangkan Allah yang suka menghukum, yang mau menerima manusia yang melakukan hukum taurat – Allah yang penuh kasih merupakan pernyataan yang dramatis. Hal ini mendorongnya untuk berbicara mengenai Yesus! Dan seperti halnya orang yang sedang jatuh cinta, ia sangat gembira memberitakan Injil yang telah menyelamatkannya.
- Motivasi Paulus berasal dari pengharapan transformasi
Paulus menyadari seutuhnya kemampuan Roh Kudus untuk mengubah manusia. Segala yang dilakukannya berdasarkan keyakinan mendasar bahwa kita ini sedang dalam proses diubah dan menjadi pelaku untuk perubahan itu, supaya kita semua dapat bertumbuh menjadi “ciptaan baru” (2 Kor 5:17) dalam Kristus.
Manakala melihat sesamanya, Paulus melihat adanya pengharapan akan terjadinya transformasi. Ia yakin bahwa manusia dapat dilahirkan kembali, berubah dan bertumbuh secara rohani di dalam Kristus.
Roma 1:16, Ia menulis,”Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya….”
Ia sangat meyakini kuasa Injil yang mampu mengubah kehidupan!
Dengan demikian, pengharapan akan terjadinya transformasi melalui Yesus Kristus membentuk cara pandang (worldview) Paulus.
Ia meyakini adanya perubahan dalam diri manusia karena hidupnya sendiri telah diubahkan.
- Motivasi Paulus berasal dari pengertiannya akan kewajiban.
Ia melihat diri sebagai orang yang berutang (ay.14).
Kewajiban ini berasal dari pemahamannya tentang janji bahwa Injil Kristus harus dibagikan kepada semua orang dan ia memahami bahwa sebagai pengikut Kristus, ia wajib mengakui Dia sebagai Tuhan (Rom 10:9-10) dimana ia harus taat menjalankan tugas yang dipercayakan kepadanya.
Ia memandang dirinya sebagai “yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah” (Rom 1:1).
Kepada Jemaat di Korintus, Paulus menuliskan pemahamannya tentang keharusan dalam I Kor 9:16
“Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.”
Ia sangat berutang pada Yesus yang telah menyelamatkannya dengan darahNya.
- Paulus termotivasi oleh perasaan sukacita atau hasrat yang kuat (ay.15)
Dalam Kamus, kata hasrat/passion berarti gairah, antusiasme, semangat, suatu emosi yang kuat, yang memaksa dilakukannya suatu tindakan.
Kata Alkitabiah, passion memiliki arti setingkat lebih jauh. Dalam bahasa Yunani (pascho) berarti “menderita” dan diterjemahkan sebagai “penderitaan (Kristus)” (Kis 1:3)
Dengan demikian, passion berarti sesuatu yang padanya kita berkomitmen sangat kuat sehingga kita bersedia menderita/mati untuknya.
Contoh passion:
Atlet, orang jatuh cinta
Paulus sangat ingin mengabarkan Injil di Roma karena ia ingin agar kuasa Injil yang mengubahkan menjadi bagian terpenting di
Misionaris terkenal yang melayani
Barangkali C.T.Studd mewarisi hasrat kuat untuk memberitakan tentang Kristus ini dari ayahnya, seorang tokoh masyarakat yang terkemuka dan kaya raya di Inggris. Ketika masih baru menjadi orang Kristen, ayah Studd bertanya kepada penginjil terkenal, D.L.Moody tentang apa yang dapat dilakukannya kini di tengah masyarakat setelah menjadi orang Kristen.
Moody, seorang penginjil yang antusias dan bersemangat menjawab, “Pak Studd, Anda mempunyai anak dan orang-orang yang anda kasihi; sekarang anda sendiri telah diselamatkan dan anda tentunya menginginkan mereka juga diselamatkan. Allah memberi anda jiwa-jiwa yang perlu diselamatkan, dan segera setelah anda memenangkan satu jiwa, anda takkan mempedulikan berbagai hal yang lain.”
Moody benar. Salah seorang yang bertobat karena Studd adalah putranya sendiri, yang di kemudian hari memiliki semangat yang sama. C.T.Studd muda menuliskan ungkapan perasaannya yang sangat gembira melihat oranglain mau datang untuk mengenal Yesus Kristus.
“Sungguh tidak terkatakan betapa sukacitanya saya saat pertama kali berhasil membawa 1 jiwa kepada Tuhan Yesus Kristus. Selama ini saya telah merasakan hampir seluruh kesenangan yang dapat diberikan oleh dunia. Saya rasa saya telah merasakan seluruhnya, tetapi saya dapat mengatakannya kepada anda bahwa semua itu tiada artinya jika dibandingkan dengan sukacita yang saya rasakan karena satu jiwa diselamatkan.”
- Paulus termotivasi untuk bersaksi tentang kasih Yesus Kristus karena ia meyakini
bahwa orang akan terhilang jika tanpa Kristus.
Ia tahu bahwa tanpa Sang Juruselamat, manusia tetap dinyatakan bersalah di hadapan Allah.
Pada zaman pluralisme, ini merupakan pernyataan yang keras. Sebagian besar dari kita ingin mempraktekkan toleransi dengan sebuah filosofi, “tiap orang menuju jalannya sendiri”. Namun bila orang Kristen menerima pemahaman pluralisme ini, kita mengorbankan pemberitaan Injil, karena pluralisme meyakini bahwa tidak ada manusia yang terhilang.
Sedangkan Paulus meyakini sebaliknya.
(Rom 3:23) “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.”
(Rom 6:23) “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi kasih karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Paulus tidak melebih-lebihkan saat berbicara tentang orang yang terhilang. Hatinya hancur tentang hal itu; ia menangis karena keterpisahan manusia dengan Allah. Ia tidak berpikiran angkuh, “Aku telah memperoleh kebenaran itu dan kamu belum.” Sebaliknya, ia ingin melakukan apapun sekuat tenaga dengan harapan kelak ia akan melihat orang-orang yang terhilang datang kepada Kristus.
Perhatiannya terhadap mereka menyebabkan ia “sangat berdukacita dan selalu bersedih hati” (Rom 9:2). Ia menulis tentang kerelaannya untuk mengorbankan keselamatan dirinya sendiri agar oranglain dapat diselamatkan.
Rom 9:3 “Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.”
I Kor 9:19 “Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.”
Jika kita mengasihi orang, hati kita akan hancur melihat mereka terhilang dan segera akan mendapatkan keputusan pengadilan Allah. Belas kasihan mengubah cara kita memandang teman-teman kita yang tidak percaya kepada Yesus Kristus. Belas kasihan mengubah cara kita mendoakan kaum materialis yang terhilang, penganut paham rasisme yang berkhianat, dokter dengan klinik aborsinya, dan homoseksual atau heteroseksual yang suka berganti-ganti pasangan.
Kesimpulan bahwa neraka itu realitas tidak berarti kita bebas menyalahkan, mencemooh atau melupakan mereka yang belum diselamatkan. Sebaliknya, realitas pengadilan yang mengerikan itu mendorong belas kasihan kita bagi orang-orang yang terhilang.
Dalam sejarah kemajuan Kekristenan, banyak penginjil dan misionaris memahami apa yang dilihat Paulus tentang orang-orang yang dihukum tanpa mengenal Kristus.
Hudson Taylor, seorang perintis di daerah pedalaman Cina, menulis surat kepada Inggris untuk meminta kiriman banyak orang untuk membantu penginjilan, dengan menggambarkan adanya berjuta-juta orang yang terhilang di Cina yang sedang berjalan menuju kebinasaan tanpa Kristus.
C.T.Studd muda meninggalkan karirnya yang menguntungkan sebagai atlet professional (ia seorang juara dalam olahraga Cricket) di Inggris, lalu pergi ke
Semangat Paulus terhadap penginjilan timbul dari rasa syukur, panggilan ilahi, hasrat yang kuat dan kesadaran akan keberadaan orang-orang yang terhilang akan Kristus.
Apa yang menjadi hasrat hidup kita saat ini?
Apakah hasrat utama kita hidup adalah untuk memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya dalam dunia?
Apakah hasrat utama kita menjadi orang yang disanjung dunia dan memperoleh kedudukan tinggi dalam masyarakat?
Jika benar demikian, maka kita tidak akan bisa memiliki kehidupan yang bersaksi.
Mengerikan sekali bila kita yang adalah domba-domba Allah telah berubah menjadi serigala dalam segala tingkah lakunya, meski wujud fisiknya tetap domba. Anak-anak Tuhan di
Liarnya anak-anak Tuhan ditandai dengan cara mereka berdagang dan berbisnis dengan saling menipu dan menyikat oranglain, yang penting dirinya tetap eksis. Tidak peduli akibat perbuatannya itu, oranglain terkapar bersimbah darah dan sekarat mencari nafkah.
Sekarang ini orang-orang Kristen sepertinya telah mengambil bagian dalam karakter yang menjadi karakter dunia ini, yakni: mementingkan diri sendiri/egois, tamak, pemarah, sombong, penuh nafsu, penuh kepahitan.
- Yehezkiel 37:1-11 = tulang-tulang kering
- Wahyu 3:16 = Jemaat Laodikia yang suam-suam kuku
- Will Jesus found us as kuburan yang dilabur putih???? (Mat 23:27)
- (2 Tim 3:5)
Adalah hal yang mustahil bagi gereja untuk mengubah dunia jika kita menjadi sama dengan dunia!
Jikalau kita mau meninjau kembali, melihat kehidupan orang Kristen mula-mula maka kita akan menemukan bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki kehidupan yang bersaksi, yang memberikan pengaruh.
Sebutan kekristenan berasal dari kata Kristen, yang arti sempitnya seperti Kristus.
Pertama kali sebutan ini ditujukan kepada pengikut Yesus Kristus di Antiokhia (Kis 11:26). Mereka disebut Kristen karena kehidupan mereka berpusat kepada Kristus.
Berpusat pada Kristus artinya, mereka mengikuti ajaran Tuhan Yesus, sehingga menjadi seperti Kristus. Demi kepentingan Kristus, mereka rela melakukan apa saja. Inilah fenomena yang terjadi dalam kehidupan orang percaya di abad permulaan.
Ketika seseorang menjadi Kristen, maka warna hidupnya pun berubah, sebab kepentingan Kristus menjadi sangat diutamakan, sehingga mereka nyata-nyata sebagai pengikut Kristus yang setia.
Pemberitaan Injil dan kesaksian hidup mereka, merupakan
Kehidupan yang demikianlah baru bisa menjadi kehidupan yang bersaksi
2 Raj 7:9
Kita telah menerima kabar baik lebih indah daripada menemukan simpanan makanan apapun – namun kebanyakan dari kita tetap bungkam.
C.T. Studd menulis tentang kehidupannya ketika ia menyimpan Kabar Baik itu untuk dirinya sendiri.
“Bukannya pergi dan menceritakan kepada oranglain tentang kasih Kristus, saya malah egois dan menyimpannya untuk diri sendiri. Akibatnya lambat laun, kasih saya (kepada Kristus) mulai luntur dan kasih saya kepada dunia mulai timbul.”
Yer 20:9
Yeh 3:16-21, 33:5-9
Kis 4:20
2 Pet 3:9 I Yoh 4:19

Tidak ada komentar:
Posting Komentar