Lukas 5:15-16, 18:1-8
Saudara, bulan yang lalu kita semua disibukkan oleh pertandingan sepak bola dunia yang berlangsung selama sebulan. Mereka melihat dengan penuh perhatian dan rasa ingin tahu tim mana yang akan meraih piala emas kali ini.
Semua kegiatan dihentikan hanya untuk melihat ketika tim yang difavoritkan sedang bermain.
Bagi ibu-ibu yang mungkin tidak tertarik dengan bola, yang mungkin tertarik dengan tayangan sinetron, telenovela atau tertarik dengan masak-memasak, kosmetik juga tidak bosan melihat, mendengarkan dan menghabiskan waktu berjam-jam utk hobby/kesenangan tersebut.
Akan tetapi berapa pentingnya sebuah permainan bola, sebuah tayangan di televise, deposito berjuta-juta di bank saat hidup ini menjadi sulit dan jawaban yang bisa kita dengar tidak dapat menghilangkan rasa sakit??
Berapa pentingnya hal itu ketika penderitaan bertambah serius dan rekreasi apa pun tidak dapat lagi memberi jalan keluar yang memadai?
Pada saat-saat seperti itu orang macam apa pun yang berlainan kegemarannya menyadari bahwa ada satu hal yang mereka dambakan – lebih daripada yang lain. Mereka ingin tahu bagaimana caranya berdoa.
Kita mungkin berkata,”Saya tahu. Saya sendiri sudah coba berdoa, tetapi tidak ada hasilnya!” Pernahkah kita seperti itu?
Doa mempunyai tujuan yang jauh melebihi jawaban doa sendiri, jauh melebihi daftar doa dan Saat Teduh di pagi hari.
Lebih dari 2000 tahun yang silam ketika Yesus bersama pengikut-pengikutNya sedang duduk bersama, dengarlah apa yang Yesus katakan tentang doa. Dengan mengamati Yesus, mereka mengetahui bahwa doa – atau setidaknya sesuatu yang terjadi pada Yesus ketika Ia berdoa – merupakan kunci yang memberi Dia kekuatan untuk melakukan semua hal ajaib.
Keakraban Yesus dengan Bapa SurgawiNya bukan hanya mengubah doa dari sesuatu yang ritual menjadi suatu hak istimewa tetapi juga mengubah hak istimewa itu menjadi kuasa yang menghidupkan.
Ia tahu apa arti doa, dan doanya “nyambung”
Orang-orang ini yang minta diajarkan berdoa bukanlah orang-orang pemula dalam hal doa. Sepanjang hidupnya mereka berdoa.
Budaya Yahudi mengharuskan mereka berdoa secara tetap sejak kanak-kanak. Sejauh yang dapat mereka ingat, setiap pagi dan malam mereka harus mengucapkan shema, sebuah pengakuan iman Yahudi yang diambil dari Ul 6:4-5. juga doa-doa lain termasuk doa berkat. Mereka juga mengikuti tradisi, berdoa 3 x sehari pada jam-jam tertentu juga sebelum dan sesudah makan.
Beberapa sejarahwan mengatakan bahwa pada zaman Tuhan Yesus hidup di dunia ini, rata-rata orang Yahudi berdoa sekitar 3-4 jam sehari. Berarti sekitar 28 jam seminggu. Dan bila murid-murid waktu itu berusia 30 thn maka mereka telah berdoa selama 43.800 jam.
Tapi mereka melihat bahwa doa memiliki arti peranan yang begitu berbeda dalam kehidupan Yesus. Sikap Yesus terhadap doa sangat berbeda dibandingkan yang mereka alami selama ini.
Ketika kita melihat hidup Yesus, kita akan menemukan bahwa Ia memulai hidupNya dengan doa di padang gurun, selanjutnya doa terus mewarnai kehidupanNya dimana dicatat berulang kali Yesus pergi untuk berdoa, dan Ia mengakhiri hidupNya juga dengan doa ketika berada di atas kayu salib, Dia berdoa bagi orang-orang yang menentang Dia. Dan sekarang di surga, Ibrani 7:25 mengatakan kepada kita,”Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah.
Yesus memberi prioritas tertinggi bagi doa sebab dalam Matius 21:13 dikatakan,”……Rumahku akan disebut Rumah Doa…”
Kita seharusnya hidup sebagai laskar-laskar doa karena begitu penting arti dan peranan doa dalam kehidupan Yesus dan seharusnya terlebih lagi bagi kita.
Mari kita lihat seberapa penting arti doa bagi Tuhan Yesus:
- Kristus mementingkan doa lebih daripada penyembuhan
Salah satu point yang cukup menggetarkan hati kita ketika membaca Alkitab adalah
menyaksikan mukjizat penyembuhan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Beberapa kali Ia hadir dalam hidup orang-orang yang tidak berdaya dan menyembuhkan mereka dari kelemahan hidup yang mereka alami. Hal ini memberikan inspirasi bagi kita untuk melihat belas kasihan yang Yesus miliki melihat penderitaan manusia.
Seringkali, bahkan sekarang ini, Yesus menyembuhkan kita dari kelemahan yang kita alami. Tuhan dalam kedaulatanNya masih terus melakukan mukjizat sampai hari ini.
Walaupun mukjizat adalah tanda yang luar biasa dari kuasaNya, namun Kristus mementingkan doa lebih daripada semua penyembuhan yang Ia lakukan.
Dalam Lukas 5:15-16 dikatakan,”Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepadaNya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi. Dan apa yang Ia lakukan di
Mengapa Dia mengundurkan diri ketika Ia mulai popular? Mengapa Dia meninggalkan kerumunan orang banyak itu dan segala kemasyurannya??
Mengapa Dia menyingkir untuk berdiam sendirian? Apakah Dia orang anti-sosial? Apakah Dia malu?
Tidak! Tidak pernah! Yesus tahu nilai dari sebuah doa dan bahwa Ia tidak dapat melakukan apapun tanpa kuasa yang Ia dapatkan dari kehidupan doa yang sehat. Doa merupakan kehidupanNya.
Sekarang banyak orang yang sangat mementingkan penyembuhan. Tanpa mau peduli berasal dari kuasa mana dan bagaimana caranya, asalkan bisa sembuh, bisa kaya atau bisa memperoleh jodoh.
Dalam bukunya Tenaga Dalam dan Penyembuhan Holistik, Herlianto mengatakan bahwa sekarang banyak anak-anak Tuhan yang tertipu dengan mukjizat sebab praktek mukjizat ilahi sangat mirip hasilnya dengan mukjizat yang dipraktekkan dalam ajaran Gerakan Zaman Baru (salah satu gerakan yang ajarannya mirip Alkitab tapi merupakan pencampuran dari budaya timur yang mistik, okultisme dan juga budaya barat yang menekankan pengembangan diri).
Salah satunya bisa kita jumpai dalam penyembuhan/kesehatan holistic praktek penumpangan tangan yang tidak beda dengan penumpangan tangan yang disebut ‘pengurapan’ yang diajarkan kalangan Pentakosta/Karismatik. Pengajaran tentang pengurapan ini sebenarnya diperkenalkan oleh uskup Katolik yang menjadi murid Jung, yang dalam bukunya menyamakan mujizat perdukunan dengan mukjizat ilahi dan karunia Allah disamakan dengan daya magis dukun dan menyamakan Roh Kudus dengan jati diri. Yang berarti bahwa kita memiliki kemampuan menyembuhkan karena diri kita itu sebenarnya adalah Allah.
Banyak penginjil KKR yang mempraktekkan mujizat kesembuhan dengan pengurapan tidak lagi menyadari dirinya sebagai ciptaan yang rendah di hadapan Allah tetapi sebaliknya menganggap diri mereka sebagai’allah-allah kecil’. Contohnya Kenneth Hagin dalam khotbahnya mengatakan bahwa kita adalah Kristus dan pendapatnya juga didukung oleh Benny Hinn.
Maka menjadi pertanyaan bagi kita apakah penyembuhan yang dilakukan bersumber dari kuasa Allah?
Saudara2, Ujilah dan tes yang teliti lebih dahulu.
Karena sesuatu yang sepintas kelihatan seperti pertolongan yang cepat, nyata, dan efektif – bila bersumber dari iblis, ia selalu bersifat jebakan. Selalu mencelakakan. Tidak pernah tidak! Mungkin nyaman di awal perjalanan, namun berujung pada kebinasaan. Berprinsiplah, “Lebih baik mati di pangkuan Tuhan, ketimbang hidup di pelukan setan.”
Sekalipun Yesus adalah Allah dan punya kuasa menyembuhan tapi Ia tahu bahwa penyembuhan adalah sesuatu yang akan segera berlalu tetapi membangun hubungan yang dekat dengan Bapa melalui doa adalah kehidupan yang berkuasa. Dia beralih dari hal-hal yang kurang bernilai, seperti penyembuhan, kepada hal-hal yang memiliki nilai kekal. Manusia bisa mendapatkan kekekalan dengan tubuh yang lemah dan sakit tetapi manusia dengan jiwa yang lemah dan sakit tidak bisa masuk ke surga. Inilah nilai dari sebuah doa, yakni utk kekekalan.
- Yesus mementingkan Doa lebih daripada istirahatNya.
Dalam Markus 1:35 dicatat, “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun
dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di
Lukas 6:12 juga mencatat, “Pada waktu itu, pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.”
Yesus menyangkali/mengabaikan dirinya sendiri dan bahkan waktu tidurnya dipakai
untuk bersendirian dan mendekatkan diri pada Allah padahal malam sebelumnya Yesus baru saja melayani ibu mertua Petrus yang terbaring sakit demam dan dalam firman Tuhan dikatakan, “Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan.”
Yesus mungkin melayani sampai jauh malam bahkan mungkin sampai pagi tetapi dikatakan “Pagi-pagi benar, Ia sudah bangun dan pergi berdoa.”
Berapa banyak waktu yang kita berikan untuk mendekatkan diri kepada Allah? Berapa menit atau berapa jam yang kita habiskan dalam seminggu untuk berdoa bagi pelayanan kita? Semuanya tidak mungkin dilakukan tanpa ada ketetapan hati untuk menyangkali diri dan berkorban.
Lukas 9:23 mengingatkan kita, “….Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”
Berapa kali kita harus menyangkal diri dan memikul salib? Firman Tuhan mengatakan setiap hari!
Bukan berarti kita tidak boleh beristirahat atau tidak boleh tidur. Tetapi kita tahu
prioritas.
Pelayanan kita akan jauh lebih efektif dan berkembang bila kita memiliki kehidupan doa yang sehat. Waktu-waktu yang kita miliki tidak akan lebih berharga dibandingkan dengan waktu yang kita pakai untuk mencari Tuhan dan kehendakNya dalam hidup kita. Ingatlah untuk berdoa dan lakukan itu sesering mungkin.
- Yesus mementingkan doa dibandingkan mukjizat
Ketika Petrus berada dalam bahaya kejatuhan, Yesus tidak melakukan mukjizat untuk
melindunginya tetapi Yesus berdoa untuk Petrus.
Lukas 22:32 mencatat, “Tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.”
Kita tahu bersama bahwa ketika Yesus sedang diadili, Petrus telah gagal dan menyangkali Yesus 3 kali. Yesus berdoa agar kekuatan Allah melindungi Petrus dan membangun imannya.
Yesus juga menempatkan doa dalam posisi yang tertinggi dalam memproklamirkan kerajaan Allah. Ia tidak menggantungkan keberhasilan pemberitaan kerajaan Allah pada mukjizat2. Saya yakin jika Yesus mau Dia dapat melakukan mukjizat yang jauh lebih banyak dan lebih spektakuler sehingga tidak usah susah-susah berjalan dari desa yang satu ke desa yang lain untuk memproklamirkan kerajaan Allah tapi Dia lebih mementingkan doa dari pada mukjizat.
Pdt. Erastus mengatakan maksud Tuhan mengadakan mukjizat bukanlah untuk pamer kekuatan, bukan juga supaya manusia menghormatiNya. Tetapi tujuan mukjizat adalah:
1. menyatakan kasihNya kpd umat pilihanNya
2. memperkenalkan diriNya kepada umat pilihanNya
3. memperkenalkan keberadaan Allah dan jalan keselamatan dalam Yesus Kristus kepada orang kafir yang tidak mengenal Allah yang benar (Yoh 11:42)
Mengapa sekarang ini orang sangat mengingini mukjizat dalam menyelesaikan segala masalah? Sebab mukjizat Tuhan dapat menjawab kebutuhan dengan sempurna tanpa berjerih lelah. Murah tetapi berdaya guna.
Tapi dalam Alkitab kita menemukan kenyataan bahwa Tuhan sengaja tidak menyelesaikan masalah anak-anakNya contohnya Paulus. Bahkan dalam Yoh 6:26 Yesus juga menegur orang-orang yang mengikut Dia hanya untuk mengharapkan mukjizat.
Dalam Markus 5:43 ketika Yesus membangkitkan anak
Agar perkara-perkara ajaib tidak menutup mata pengertian mereka menangkap maksud utama kedatangan Tuhan Yesus.
Banyak Hamba Tuhan sekarang merasa sudah puas telah menunaikan pelayanan dengan membawa jemaat kepada pengalaman mukjizat tetapi tidak menunjukkan kemana arah yang harus dituju atau menjadi focus hidup mereka. Mereka lupa bahwa kekristenan bukan hanya mukjizat tetapi juga pertumbuhan iman untuk menjadi segambar dengan Allah sebab itulah maksud keselamatan agar kita menjadi serupa dengan Kristus (Rom 8:28-29).
Mukjizat tidak mendewasakan atau bukan ukuran kedewasaan rohani seseorang. Contoh: Elia (I Raja 18)
Ingat Matius 7:21-23 “ Orang berseru berkata telah melakukan banyak hal didalam nama Tuhan Yesus, tapi Yesus berkata Aku tidak mengenal engkau.”
Murid-murid dalam Matius 10 diperintahkan untuk memberitakan injil dan melakukan mukjizat. Di dalamnya termasuk Petrus yang akhirnya menyangkal Yesus 3x dan Yudas yang mengkhianatiNya. (Mukjizat tidak menjamin seseorang dewasa rohaninya)
Gereja2 Karismatik dan pentakosta sangat mengagungkan HT yang dapat mendemonstrasikan kuasa Allah dengan bernubuat, mengusir setan dan mengadakan mukjizat. Hamba2 Tuhan demikian dianggap lebih unggul dan jemaat tunduk sepenuhnya dan menuruti apa saja yang diajarkan padahal belum tentu HT itu mengenal kebenaran yang mendewasakan.
Rasul Paulus dalam I Kor 9:27 berkata, “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan injil kepada oranglain, jangan aku sendiri ditolak.” (memberitakan injil = pelayanan yang umumnya disertai mukjizat)
Paulus juga menyadari tanpa melatih dirinya dalam doa dan hidup dalam Firman, ia pun bisa ditolak.
Sebagai anak Tuhan kita memiliki jaminan pemeliharaan Tuhan yang sangat ajaib. Namun ini bukan berarti kita dapat menggunakan kuasa Tuhan dengan sesuka hati kita sendiri seakan-akan kita dapat menggunakan kuasa Tuhan kapan saja dan dalam segala hal. Inilah yang membedakan anak Tuhan dengan dukun.
- Kristus mementingkan doa lebih daripada pelayanan
Banyak kali dalam catatan Injil, Yesus memperlihatkan kepada kita bahwa doa itu
sangat bernilai, doa adalah saat untuk memperbaharui diri dan menguatkan. Yesus meninggalkan teladan kehidupan doaNya yang dinamis dan saleh.
Pelayanan yang Yesus kerjakan tidak pernah terlepas dari doa karena Yesus sadar bahwa iblis tidak akan diam ketika kuasa Allah dinyatakan.
Dalam Lukas 5:15-16 yang telah kita baca tadi mengatakan Ketika kabar tentang Yesus makin jauh tersiar maka datanglah orang banyak berbondong-bondong kepadaNya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.
Banyak orang membutuhkan pelayanan Yesus tapi Yesus tahu yang terutama dalam hidupnya, sesibuk apapun Dia, Dia selalu memastikan bahwa Ia punya waktu berdiam diri dan berdoa.
Saudara2, seringkali kita begitu sibuk dengan pelayanan kita sampai kita tidak punya waktu berdoa. Bahkan seringkali kita tidak pernah sibuk untuk pelayanan tapi juga tidak berdoa karena terlalu sibuk bekerja, mencari uang.
Dalam Efesus 6:18 mengingatkan kita, “…Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya…”
Mengapa??
Karena iblis tidak akan tinggal diam, ketika anak-anak Tuhan lengah, tidak waspada maka kita pun jatuh dalam siasat iblis. Seberapa giat pun kita bekerja untuk Tuhan, tapi bila kita tidak berjaga-jaga dalam doa, kita pun akan jatuh.
Yesus sendiri pun pernah dicobai setan ketika ia berpuasa di
Setan dapat mengacaukan kehidupan, pogram dan pelayanan seseorang tetapi ia tidak berdaya ketika ia melihat orang-orang saleh merendahkan hati berlutut dan berdoa. Setan tidak dapat berbuat apa-apa bila Allah memegang kendali dan bekerja.
Hudson Taylor mengatakan: “Bila kita bekerja tanpa berdoa, kita bekerja sendirian, dengan kekuatan kita sendiri. Namun bila kita berdoa sebelum bekerja, Allah lah yang akan bekerja.”
Doa seperti menjahit dengan benang. Bila kita memulai hari tanpa doa, itu seperti jarum yang ditusukkan ke kain tanpa benang, hanya menimbulkan lubang-lubang tetapi bila dengan benang (doa) akan ada hasilnya.
Ilustrasi: Anak yang mau berbicara dengan orangtuanya tapi mereka tidak punya waktu.
Daud dalam Mazmur 32:6 berkata:
“Hendaklah setiap orang saleh berdoa kepadaMu, selagi Engkau dapat ditemui.”
Ia mengatakan itu pada zaman dahulu, sebelum Tuhan Yesus Kristus yang penuh kasih karunia dan kebenaran (Yoh 1:14) datang ke dunia ini.
Juga sebelum Roh Kudus diberikan untuk membantu kita dalam kelemahan kita, yang sendiri berdoa utk kita, dan juga berada di dalam kita (Roma 8:26).
Ya, dan ayat itu ditulis sebelum Juruselamat kita berjanji tentang doa, sebelum orang tahu banyak tentang doa; hal itu terjadi pada zaman ketika korban-korban bagi penghapusan dosa lebih dipersoalkan daripada doa.
Betapa herannya Allah sekarang ini! Betapa sedikitnya orang Kristen yang tahu apa doa yang menang itu sebenarnya!
Setiap orang Kristen mengakui bahwa ia percaya kepada doa, namun berapakah di antaranya yang mempercayai kuasa doa?
Mengapa banyak orang Kristen yang begitu sering dikalahkan oleh godaan? Karena mereka kurang sekali berdoa.
Mengapa banyak pekerja gereja begitu sering berkecil hati dan patah harapan? Karena mereka sedikit sekali berdoa!
Mengapa kebanyakan orang Kristen begitu sedikit melihat oranglain yang ‘pindah dari kegelapan kepada terang’ berkat pelayanan mereka? Karena mereka sedikit sekali berdoa!
Mengapa gereja-gereja tidak bersemangat bagi Allah? Karena di dalamnya sedikit sekali doa yang sungguh-sungguh.
Kita boleh mengakui hal ini – bahwa rahasia segala kegagalan adalah justru kegagalan dalam doa.
Bila doa begitu penting dalam kehidupan Yesus, tidakkah seharusnya doa jauh lebih penting buat kita???? Biarlah kita membangun dan memelihara kehidupan yang berdoa.
Amin.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar